Jadwal Waktu Sholat dan Jadwal Imsak Jogja
Temukan jadwal sholat Jogja, jadwal waktu imsak Jogja, atau jadwal waktu adzan hari ini (Imsak, Shubuh, Terbit, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) di halaman ini.
Memahami Lebih Dalam Tentang Penentuan Jadwal Waktu Sholat
Sholat sebagai rukun Islam kedua bagi umat Islam setelah Syahadatain, menjadi salah satu kewajiban yang tak boleh ditinggalkan. Supaya tidak lupa, adzan dikumandangkan saat waktu sholat tiba. Lantas untuk menentukan waktu ibadah, ada perhitungan yang sudah lama diciptakan jauh sebelum teknologi berkembang seperti sekarang. Di zaman Rasulullah, jadwal waktu sholat ditentukan berdasarkan gejala alam lewat observasi matahari.
Seiring perkembangan teknologi, penentuan waktu sholat lebih dipermudah berkat adanya alat-alat yang canggih dan modern. Di Indonesia, perhitungan ini pun dikeluarkan beberapa lembaga atau organisasi agama kenamaan seperti Departemen Agama, PP Persis, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan lain sebagainya. Meski begitu, mereka menggunakan kadah yang sama-sama dipakai Rasulullah, yakni Pergerakan Matahari.
Bagi Anda yang tinggal di Jogja dan sekitarnya, berikut ini jadwal sholat Jogja, jadwal waktu imsak Jogja, atau jadwal waktu adzan hari ini (Imsak, Shubuh, Terbit, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) supaya Anda tidak ketinggalan untuk beribadah tepat waktu. Silahkan pilih berdasarkan kota Anda.
Penentuan Jadwal Waktu Sholat Berdasarkan Fiqih
Selain lewat Pergerakan Matahari, kitab-kitab fiqih pun berperan dalam menentukan jadwal sholat bagi umat Islam. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
1. Shubuh. Untuk sholat shubuh, waktunya dimulai sejak Fajar Shiddiq hingga matahari terbit atau syuruk. Fajar Shiddiq terjadi saat munculnya cahaya putih secara melintang yang mengikuti garis lintang di ufuk timur. Cahaya tersebut muncul akibat pantulan sinar matahari oleh atmosfer. Lantas mendekati waktu pagi, kemunculan fajar akan ditandai cahaya samar yang menjulang secara vertikal di ufuk timur. Cahaya tadi kerap disebut sebagai Fajar Kidzib atau fajar semu yang muncul dari pantulan sinar matahari dari debu/partikel antar planet yang berada di antara Matahari dengan Bumi. Fajar semu akan menghilang dari langit dalam hitungan menit, lantas langit kembali gelap. Fajar Shiddiq muncul di waktu berikutnya dalam bentuk penyebaran sinar secara horizontal di udara. Dari sudut pandang astronomi, shubuh dimulai saat kedudukan dari matahari atau so mencapai 18o di bawah bagian horizon timur (astronomical twilight) hingga sebelum piringan atas sang surya menyentuh ufuk hakiki/visible horizon. Departemen Agama di Indonesia umumnya menganut sudut s = 20o. Kriteria tersebut diambil karena alasan kepekaan mata manusia yang lebih tinggi di waktu pagi akibat perubahan gelap ke terang;
2. Dzuhur. Sering disebut pula sebagai waktu Istiwa atau zawaal karena terjadi saat matahari berada di puncak tertinggi. Istiwa pun merujuk pada sebutan tengah hari atau midday/noon. Di waktu ini, mengerjakan ibadah seperti sholat wajib atau sunah tergolong haram. Sehingga, sholat Dzuhur pun dilaksanakan setelah Istiwa atau lebih tepatnya kala matahari sedikit condong ke barat. Tengah hari pun bisa dilihat dari kalender astronomi atau dihitung memakai algoritma tertentu. Dari sudut pandang astronomi, Dzuhur dimulai saat tepi piringan matahari keluar dari zenith (garis yang jadi penghubung antara pengamat/observer dengan pusat sang surya kala sedang berada di Istiwa atau titik tertinggi). Sementara dari segi teori, antara Istiwa dengan waktu masuknya Dzuhur (zo) setidaknya dibutuhkan waktu selama dua menit. Untuk faktor keamanan, Dzuhur diambil sekitar 4 menit setelah Istiwa terjadi (z = 1o);
3. Ashar. Berdasarkan madzhab Syafi’i, Maliki, serta Hambali, waktu sholat Ashar diawali saat panjang bayang-bayang sebuah benda melebihi panjang dari benda itu sendiri. Sedangkan madzhab Imam Hanafi menerangkan bahwa Ashar terjadi saat panjang dari bayang-bayang benda menjadi dua kali lebih lipat dari benda itu sendiri. Waktu Ashar bisa dihitung lewat algoritma tertentu, yakni trigonometri tiga dimensi. Dari sudut pandang astronomi, ketinggian matahari saat memasuki waktu Ashar bisa bervariasi; tergantung posisi dari gerak tahunan matahari (gerak musim). Departemen Agama di Indonesia menggunakan kriteria waktu Ashar sebagai panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan kala istiwa. Maka, besar sudut tinggi matahari untuk waktu Ashar (ao) dapat berubah dari hari ke hari;
4. Maghrib. Maghrib diawali kala matahari tenggelam di ufuk barat dan hilang dengan cahaya kemerahan di cakrawala. Dari pandangan astronomi, waktu sholat Maghrib diawali dengan seluruh piringan matahari yang masuk ke horizon terlihat (visible horizon/ufuk Mar’i) sampai ke waktu Isya, yakni saat kedudukan sang surya sebesar io di bawah horizon barat. Departemen Agama di Indonesia menggunakan kriteria sudut i = 18o di bawah sudut horizon barat;
5. Isya. Waktu ini dimulai dari hilangnya syafaq atau cahaya matahari di cakrawala barat sampai Fajar Shiddiq terbit di langit timur. Dari sudut pandang astronomi, Isya adalah kebalikan Shubuh, karena dimulai saat matahari berada di kedudukan io di bawah horizon matahari hingga sebelum posisi sang surya sebesar so di bawah horizon timur;
6. Imsak. Sebenarnya, waktu ini lebih sering digunakan saat bulan puasa Ramadhan. Imsak dimulai sepuluh menit sebelum waktu Shubuh dan berakhir kala azan Shubuh berkumandang. Lalu ijtihad sepuluh menit merupakan perkiraan waktu kala Rasulullah membaca Alquran sebanyak kurang lebih 50 ayat di masanya.
Untuk menjaga keamanan terhadap jadwal sholat yang sudah lama diberlakukan pada area tertentu, diterapkanlah ihtiyati atau penambahan beberapa menit pada waktu yang sebenarnya di awal waktu sholat. Besarnya ihtiyati yang diberikan umumnya sekitar dua menit di awal waktu dan dikurangkan dua menit sebelum waktu sholat berakhir. Perubahan waktu ini juga berlaku di Indonesia, termasuk di Jogja dan sekitarnya.
Kemudian, pergerakan semu dari matahari sebanyak 23,5o ke utara serta 23,5o ke selatan dalam periode satu tahun membuat waktu-waktu sholat ikut bergeser dari hari ke hari. Hal ini yang membuat para ahli menyusun jadwal sholat secara sistematis untuk satu tahun dan bisa digunakan pada tahun berikutnya. Kemudian, letak geografis serta ketinggian pun bisa memberi pengaruh dalam penyusunan jadwal sholat.
Menurut konsep waktu yang memakai letak matahari dari sudut pandang astronomi, para pakar berusaha menciptakan rumus waktu sholat yang disesuaikan dengan ketinggian dan letak geografis suatu tempat di permukaan Bumi. Proses ini dibantu dengan sebuah program komputer yang menghasilkan tabulasi data akurat bernama Jadwal Waktu Sholat.
Bagi Anda yang tidak ingin ketinggalan waktu sholat, ada banyak perangkat lunak (software) dan aplikasi jadwal sholat yang terus dikembangkan sampai saat ini. Departemen Agama pun telah merilis software bernama Winhisab yang disebarluaskan secara nasional. Sebagian besar aplikasi dan program tersebut sudah mencakup data jadwal sholat dari berbagai kota Indonesia. Jika Anda tinggal di Jogja, maka Anda cukup memilih di dalam daftar kota yang tersedia di aplikasi tersebut.